Sunday, March 8, 2009

WNI MENINGGAL DI TEMPAT KERJANYA DI SYDNEY

Tonni Musa Sirait, warga negara Indonesia yang merantau ke Sydney sejak 1994 dengan hanya berbekal visa kunjungan tiga bulan, meninggal di tempat kerjanya pada 22 Februari lalu namun polisi negara bagian New South Wales (NSW) baru menghubungi KJRI Sydney pada 6 Maret 2009.

"Polisi New South Wales memang agak terlambat memberitahu kita. Kita baru tahu masalah meninggalnya warga kita ini Jumat lalu (6/3)," kata Sekretaris I/Konsul Fungsi Kekonsuleran KJRI Sydney, Edy Wardoyo, Minggu malam.

Sejak meninggal, jenazah Tonni Musa Sirait alias Tonni Alexander ini disimpan di kamar mayat "Koroner" Sydney karena belum ada pihak keluarganya yang datang.

KJRI Sydney belum dapat memastikan penyebab kematian pemuda kelahiran 17 Juni 1965 yang pernah kuliah di jurusan Sastra Jepang Universitas Dharma Persada Jakarta (1993) ini karena pihak yang mempekerjakan Tonni belum dapat dihubungi, kata Edy.

Berdasarkan keterangan polisi NSW, tidak ada ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh pemuda yang pernah tinggal di daerah Palmeriam, Matraman, Jakarta Timur ini, katanya.

"Kami akan menghubungi tempat kerja Tonni yang ada di kawasan Paddington. Tapi kami kesulitan mengumpulkan data tentang Tonni karena yang bersangkutan tidak pernah lapor diri sejak tiba ke KJRI."

"Kami juga sudah mencoba menghubungi warga masyarakat Sumatera Utara yang tergabung dalam Bona Pasogit Sydney tapi tak ada seorang pun yang tahu tentang almarhum," katanya.

Namun pihaknya akan terus berupaya mencari teman, kerabat dan anggota keluarga Tonni untuk memberitahu mereka tentang musibah ini dengan meminta nomor-nomor telepon Indonesia yang ada di dalam telepon selular bersangkutan dari polisi NSW, katanya.

"Kami juga mencoba meminta bantuan perwira penghubung (SLO) Polri di Australia melacak keluarga Tonni berdasarkan alamat domisili terakhirnya di Jakarta sebelum dia berangkat ke Sydney," katanya.

Pihak kepolisian NSW memberi waktu enam bulan kepada pihak keluarganya di Tanah Air untuk mengklaim jenazah Tonni. Jika tidak ada pihak keluarga yang mengklaim, otoritas terkait Australia akan menangani sendiri jenazah bersangkutan, katanya.

Dari peristiwa Tonni Musa Sirait ini, Edy berpesan kepada seluruh WNI yang berkunjung dan apalagi berdomisili untuk masa waktu yang panjang agar melapor diri segera setelah tiba guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kehilangan paspor, sakit, dan meninggal dunia.

*) My news for ANTARA on March 8, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity