Pengurus Pusat Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) menegaskan tekadnya untuk menjaga netralitas PPIA di tengah hiruk pikuk dinamika perpolitikan nasional menjelang Pemilu legislatif 9 April dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 8 Juli 2009. "PPIA itu rumah kebangsaan yang mewadahi seluruh pelajar Indonesia dari beragam latar belakang yang berbeda. Untuk itu, menjaga netralitas lembaga adalah niscaya," kata Ketua Umum PPIA Mohamad Fahmi dalam penyataan persnya menyambut HUT ke-28 PPIA yang diterima ANTARA di Brisbane, Rabu.
Organisasi tempat berhimpun belasan ribu pelajar dan mahasiswa Indonesia yang didirikan di Canberra pada 8 Maret 1981 ini "tidak akan tunduk dan dikebiri oleh kepentingan pihak manapun", kata mahasiswa program doktoral Universitas La Trobe Melbourne ini.
Ia mengatakan, sebagai salah satu elemen pemangku kepentingan pelajar Indonesia di luar negeri, PPIA semakin matang memasuki usianya yang ke-28 tahun. Di tengah proses pendewasaan internal kelembagaannya, PPIA senantiasa berupaya berkomitmen pada prinsip netralitas lembaga.
Netralitas lembaga itu dijalankan dengan menumbuhkan kemandirian organisas terlebih lagi di tengah dinamika konstalasi perpolitikan nasional menjelang Pemilu dan Pilpres 2009 ini, PPIA secara tegas memposisikan diri sebagai lembaga independen yang tidak berafiliasi secara politik kepada kelompok tertentu, katanya.
Sebagai wujud dari "ekspresi netralitas organisasi" itu, pihaknya telah berupaya melakukan sejumlah terobosan, seperti membentuk tim pemantau independen Pemilu 2009 yang proses akreditasinya masih berjalan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan mencoba bergabung dalam tim Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
"PPIA juga pro-aktif dalam menjembatani proses komunikasi pemilih dan calon legislatif Dapil II DKI melalui jaringan internet," katanya.
Melalui partisipasi aktifnya dalam kegiatan pemantauan dan pengawasan Pemilu nantinya, PPIA akan
mengawal proses demokrasi agar tetap berjalan di atas mistar sejarah perjalanan bangsa dan menyukseskan mekanisme suksesi pemerintahan yang lebih berkualitas dan memiliki legitimasi, katanya.
Pentingnya netralitas dan kemandirian PPIA itu juga disampaikan Wakil Ketua PPIA Yachinta Calista Tahir.
Untuk mengukuhkan prinsip independensi dan netralitas PPIA, pihaknya bertekad meningkatkan
kemandirian lembaga, kata mahasiswa Universitas New South Wales ini.
"Kendati PPIA belum bisa berdikari secara utuh, dan masih memerlukan bantuan banyak pihak untuk berjalan, kita sedang berjuang sekuat tenaga menuju kemandirian yang kita harapkan. Kita ingin agar anggota dan pelajar Indonesia di Australia lah yang menjadi penyokong utama organisasi ini," kata Yachinta.
Sementara itu, Sekretaris Umum PPIA, A.Khoirul Umam, mengatakan, pihaknya terus berupaya mengisi perjalanan sejarah PPIA dengan beragam kegiatan yang bermanfaat.
"Dalam waktu dekat ini misalnya, PPIA akan menyelenggarakan acara seminar konsolidasi demokrasi di Adelaide, survei pelajar Indonesia 2009 untuk meningkatkan kualitas layanan PPIA kepada pelajar Indonesia di Australia, dan Tur Laskar Pelangi di tujuh negara bagian di Australia," katanya.
"Kami yakin semua program ini akan berjalan lancar. Semoga di ulang tahun ke-28 PPIA ini, semangat, motivasi, dan sinergitas kami kian kukuh," kata mahasiswa Universitas Flinders, Australia Selatan, ini.
Di seluruh Australia, ada sekitar 18 ribu orang pelajar dan mahasiswa Indonesia. Mereka menuntut ilmu di berbagai lembaga pendidikan, termasuk delapan universitas terbaik di negara itu.
*) My news for ANTARA on March 11, 2009

No comments:
Post a Comment