Monday, March 30, 2009

PENAMBAHAN PENERBANGAN "VIRGIN BLUE" LEGAKAN PARIWISATA BALI

Keputusan grup maskapai penerbangan Australia, "Virgin Blue" menambah frekuensi penerbangannya ke Denpasar dari Sydney dan Melbourne mulai 1 Juni 2009 melegakan pengusaha pariwisata Bali menghadapi masa krisis ekonomi global, kata seorang pengamat pariwisata Bali.

"Benar-benar 'surprise' (kejutan) mendengar keputusan Virgin Blue menambah frekuensi penerbangannya ke Bali dari dua kota utama Australia, Melbourne dan Sydney. Keputusan ini pasti melegakan pengusaha pariwisata Bali menghadapi masa krisis global ini," kata I Nyoman Darma Putra kepada ANTARA di Brisbane, Senin.

Keputusan manajemen "Virgin Blue" menambah frekuensi penerbangannya dari Sydney dan Melbourne itu akan semakin memperlancar aliran turis Australia ke Bali. "Apalagi teknik pemasaran tiket dan paket tur Virgin Blue sangat cerdas dan agresif seperti lewat internet," katanya.

Menurut pengamat pariwisata dan penulis buku "Bali dalam Kuasa Politik" (2008) itu, industri pariwisata Bali berharap banyak dari wisatawan Australia dan Virgin Blue membuat harapan itu mendekati kenyataan.

"Sebenarnya pengusaha pariwisata Bali berharap banyak dari Garuda, tetapi akhir tahun lalu Garuda justru membatalkan rencananya membuka kembali rute penerbangan Denpasar-Brisbane dengan alasan tidak punya pesawat dan krisis global."
"Kita jadi bertanya mengapa Garuda menjadikan krisis global sebagai alasan, padahal nyatanya Virgin Blue justru menambah frekuensi penerbangannya ke Bali. Bukankah ini menunjukkan pangsa pasar turis Australia untuk pasar liburan ke Bali kian berkembang, masih bisa digarap?" kata Darma Putra.

Ia tidak menampik bahwa dampak krisis keuangan global sudah mulai dirasakan di Australia dan pemerintah federal mendorong warganya agar berlibur di dalam negeri supaya ekonomi pariwisata dalam negeri berputar.

"Ini imbauan yang wajar. Tapi, terobosan Virgin Blue ini merupakan indikasi bahwa warga Australia masih berminat keras untuk berlibur ke luar negeri, dan Bali adalah tujuan yang paling pas dan penuh magnet. Selain jaraknya dekat, juga karena nilai tukar dolar Australia terhadap Rupiah kian menguat," katanya.

Jika nilai tukar dolar Australia itu terus menguat terhadap Rupiah, berarti wisatawan Australia akan mendapatkan "value for money" (nilai uang) yang mereka habiskan di Bali. "Berlibur di dalam negeri Australia sendiri bisa menjadi lebih mahal daripada ke Bali," katanya.

Soal status "peringatan perjalanan" (travel warning) level empat yang masih diberlakukan pemerintah federal Australia kepada Indonesia, Darma Putra mengatakan, banyak warga Australia sudah menganggap kebijakan itu seperti "tidak ada".

"Memang (kebijakan itu) belum dicabut, tapi orang tidak menyebut-nyebut dan menganggapnya seperti tidak ada," katanya.

Selain membuka penerbangan langsung ke Denpasar dari Sydney dan Melbourne, "Pacific Blue" yang melayani rute penerbangan internasional grup "Virgin Blue" juga akan menambah frekuensi penerbangan Adelaide-Denpasar dari dua kali menjadi tiga kali seminggu.

Sejak 2008, "Pacific Blue" menjadi satu-satunya maskapai penerbangan Australia yang melayani rute penerbangan langsung dari Adelaide dan Brisbane ke Denpasar.

Saat ini, maskapai penerbangan ini melayani sedikitnya 62 penerbangan internasional seminggu dari kota-kota pantai timur Australia ke Selandia Baru dan Pasifik Selatan.

"Virgin Blue" juga melayani langsung Cairns-Denpasar sejak Oktober 2008 untuk mempermudah para peselancar asal Gold Coast dan Sunshine Coast yang ingin berlibur ke Bali.

Penerbangan "Virgin Blue" ke Bali itu juga akan membantu para wisatawan "backpackers" Eropa di Bali yang hendak menikmati "Great Barrier Reef" di Queensland.

Maskapai penerbangan murah Australia lainnya, "Jetstar", juga membidik pasar Bali dengan melayani rute penerbangan "Brisbane-Darwin-Denpasar" sejak 3 Desember 2008.

Sepanjang 2008, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menargetkan 380 ribu wisatawan Australia yang datang ke Indonesia, terutama Bali.

Jumlah wisatawan Australia yang ditargetkan itu meningkat dibandingkan tahun 2007 yang tercatat 314.432 orang.

*) My updated news for ANTARA on March 30, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity