Friday, March 13, 2009

KETIDAKAKURATAN DPT PEMILU DI AUSTRALIA "MUBAZIRKAN UANG RAKYAT"

Ketidakakuratan data warga negara Indonesia (WNI) yang masuk daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2009 di luar negeri seperti tampak dari sejumlah kasus surat pemberitahuan PPLN Sydney kepada WNI yang sudah tidak lagi berdomisili di Australia, telah "memubazirkan" uang rakyat.

Kritik itu disampaikan Akademisi Indonesia di Universitas Queensland (UQ), Akh Muzakki, di Brisbane, Jumat, menanggapi banyaknya ditemukan kasus surat pemberitahuan PPLN Sydney kepada para WNI yang masuk DPT Pemilu 2009 padahal mereka sudah tidak lagi bermukim di Brisbane atau bahkan telah kembali ke Tanah Air.

Di antara mereka yang masih dikirimi surat pemberitahuan PPLN Sydney padahal mereka sudah tidak lagi berdomisili di wilayah St.Lucia, Brisbane dan bahkan telah kembali ke Indonesia itu adalah Mohamad Fauzi, Sri Tiatri, Alvin Irfani Krishnanoya, Andika Andrew Hasyim, David Suryaatmaja, dan Mursyid.

"Bagaimana mungkin ada banyak kasus warga kita di kawasan St.Lucia menerima surat pemberitahuan PPLN Sydney yang 'bodong'. Jelas ini bentuk kecil dari kemubaziran dana Pemilu. Biaya setiap surat itu sekitar satu dolar Australia (Rp7.675) dihitung dari biaya prangko 55 sen, cetak amplop berkop PPLN Sydney dan isi surat," katanya.

Jika surat-surat "bodong" itu hanya satu dua buah dampak dari kemubaziran uang rakyat dalam dana Pemilu itu mungkin tidak seberapa namun kalau ada 5.000 surat pemberitahuan yang "bodong", berarti ada pengeluaran yang sia-sia sebesar 5.000 dolar Australia, katanya.

"Untuk menghindari kemubaziran seperti ini, apa tidak mungkin sejak awal Deplu RI bekerja sama dengan Imigrasi RI untuk memperkuat validasi data orang-orang Indonesia yang berada di luar negeri," katanya.

Ia mengatakan, rententan kerugian akibat tidak akuratnya data DPT di luar negeri bisa sangat besar jika banyak di antara 1,5 juta WNI di luar negeri yang masuk DPT Pemilu 2009 berkasus sama dengan pengalaman sejumlah WNI di St.Lucia Australia.

Jumlah WNI yang masuk DPT Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Sydney mencapai sekitar 17.700 orang. Mereka berdomisili di tiga negara bagian, yakni New South Wales, Queensland, dan Australia Selatan.

*) My news for ANTARA on March 13, 2009

1 comment:

Popov's said...

lg iseng searching narsis, dapat link berita lama ini. Untuk kasus saya, karena ternyata paspor saya sepertinya tidak terdata sudah keluar Oz, tidak distempel imigrasi. waktu itu sepertinya kembali ada "warning" di Oz immi, saat melewati loket immi, saya distop dan diminta menunggu. setelah hampir 30menit dicuekin, akhirnya saya bisa menyusul keluarga yg sudah menunggu di pesawat. dan itu tadi, paspor terlewat tidak distempel dan mungkin dianggap masih di Oz.

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity