Sunday, March 29, 2009

ICHLASUL AMAL: BANYAKNYA PARPOL BINGUNGKAN RAKYAT

Pakar politik UGM, Prof.Dr.Ichlasul Amal, mengatakan, banyaknya partai politik (parpol) peserta Pemilu 2009 dan calon anggota legislatif (caleg) yang mereka usung telah membingungkan masyarakat dalam menentukan pilihannya namun kebingungan para pemilih tersebut justru diinginkan parpol-parpol.

"Banyak mahasiswa di Yogyakarta yang bingung (menentukan pilihannya-red.) karena begitu banyaknya parpol peserta Pemilu 2009. Kalau pada Pemilu 2004 jumlah parpol hanya 24, kini jumlahnya menjadi 38 parpol (di tingkat nasional-red.). Saya juga bingung," katanya di depan seratusan orang warga Indonesia di Brisbane, Minggu.

Jumlah caleg yang bersaing untuk memperebutkan 560 kursi di DPR-RI pada Pemilu legislatif 9 April mencapai 11.255 orang dengan 38 parpol peserta pemilu di tingkat nasional.
Akibatnya, persaingan ketat untuk mendulang suara rakyat sebanyak mungkin tidak hanya terjadi antarparpol tetapi juga antarcaleg dari parpol yang sama karena peluang menang caleg tidak lagi ditentukan oleh nomor urut tetapi banyaknya suara yang mereka dapat, katanya.

Dalam pemaparannya di depan warga Indonesia yang menghadiri acara "Dialog Politik Menyambut Pemilu 2009" di kampus Universitas Queensland (UQ) itu, Ichlasul Amal mengatakan, banyaknya jumlah caleg yang diusung setiap parpol adalah strategi parpol bersangkutan untuk mendulang sebanyak mungkin suara pemilih.

Sebagai contoh, para caleg dari daerah pemilihan Provinsi DI Yogyakarta yang bertarung untuk mengisi enam kursi DPR-RI saat ini berjumlah sekitar 50 orang. Kondisi ini menimbulkan kebingungan banyak orang Yogyakarta dalam menentukan pilihan, katanya.

Bagi parpol-parpol kecil, penjaringan caleg bukan hal mudah sehingga ada tukang bengkel dan pengamen yang menjadi caleg karena mereka berpotensi menjaring suara pemilih, katanya.

Namun tidak sedikit pula parpol-parpol peserta pemilu yang tidak punya dana yang memadai bergantung pada para calegnya untuk membiayai kampanye, kata pakar politik yang juga mantan rektor UGM ini.

Hanya saja, para caleg pilihan rakyat sekalipun yang nantinya duduk di DPR-RI tetap tidak bisa terbebas dari ancaman "recall" (diganti antarwaktu) oleh parpol yang mereka wakili karena hak "recall" masih ada, katanya.

Acara yang diselenggarakan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Universitas Queensland (UQISA) bersama Konsulat Jenderal RI di Sydney itu juga dimeriahkan dengan kehadiran artis dan presenter kondang, Dik Doank.

Artis bernama lengkap Raden Rizki Mulyawan Kertanegara Hayang Denda Kusuma ini menghibur hadirin dengan beberapa tembang karyanya, seperti "Aku dan Garudaku" dan menyampaikan seruan pribadinya kepada warga Indonesia agar menggunakan hak pilihnya pada 9 April secara benar.

Dalam pandangan Dik Doank, mereka yang tidak memilih alias "golput" adalah "orang-orang yang takut akan perubahan" padahal Indonesia membutuhkan seorang pemimpin yang punya visi dengan jejaring yang luas dan mampu membangun Indonesia menjadi negara maritim yang handal di dunia, dan punya rasa seni yang tinggi.

Dialog politik yang dipandu Akh Muzakki, mahasiswa program doktor UQ, itu antara lain dihadiri Sekretaris I Fungsi Kekonsuleran KJRI Sydney, Edy Wardoyo, Presiden UQISA Dimas Wisnu Adrianto, dan ketua KPPSLN Brisbane Cecep Setiawan.

*) My news for ANTARA on March 29, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity