Wednesday, March 4, 2009

AUSTRALIA SAMAKAN INDONESIA DENGAN PAKISTAN DAN ANGOLA

Pemerintah Australia masih menganggap kondisi keamanan Indonesia tak berbeda dengan kondisi keamanan Pakistan, Timor Timur, Angola, Aljazair dan 13 negara lainnya di dunia bagi keselamatan warga negaranya.

Penilaian itu tertuang dalam status peringatan perjalanan (travel advisory) level empat yang diberlakukan Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia kepada Indonesia, Pakistan, dan 16 negara lainnya hingga Rabu (4/3).

Peringatan perjalanan level empat itu bermakna seluruh warga negara Australia disarankan untuk mempertimbangkan kembali rencana perjalanan mereka ke-18 negara itu karena bahaya terorisme dan ancaman keamanan serius lainnya.

Peringatan perjalanan level empat itu hanya terpaut satu tingkat di bawah level lima yang berarti "larangan total" bagi seluruh warga Australia untuk bepergian. Sejauh ini, DFAT memberlakukan larangan total berkunjung warga negaranya ke Afghanistan, Burundi, Republik Afrika Tengah, Chad, Irak, Somalia, Sudan dan Zimbabwe.

Untuk peringatan perjalanan level empat, selain diberlakukan kepada Indonesia, Pakistan, Timor Timur, Angola, dan Aljazair, Australia juga memperlakukan kepada Republik Demokratik Kongo, Eritrea, Ethiopia, Guinea, Haiti, Lebanon, Liberia, Madagaskar, Mauritania, Nigeria, Saudi Arabia, Sri Lanka, dan Yaman.

Dalam dua hari terakhir ini, kondisi keamanan di Pakistan kembali mendapat sorotan pemerintah dan media massa Australia menyusul terjadinya serangan sekelompok orang bersenjata terhadap rombongan tim kriket Sri Lanka di Lahore Selasa (3/3).

Insiden yang menewaskan delapan warga Pakistan dan melukai enam pemain kriket itu menuai kecaman keras Menteri Luar Negeri Australia Stephen Smith dan menjadi berita utama media cetak dan elektronika Australia.

Berbeda dengan kondisi keamanan Pakistan yang rapuh ditandai dengan insiden berdarah di Lahore dan berbagai kasus serangan teroris lainnya dalam beberapa tahun terakhir, kondisi Indonesia justru relatif aman dan terbebas dari serangan terorisme sejak 2005.

Bahkan, sejak terjadinya insiden bom Bali 2002 yang menewaskan 202 orang, termasuk 88 warga Australia, Indonesia dilaporkan berhasil menangkap dan mengadili 436 orang tersangka pelaku terorisme. Tiga pelaku insiden bom Bali 2002 -- Amrozi, Mukhlas dan Imam Samudera -- telah pula dieksekusi tahun lalu.

Peringatan perjalanan level empat kepada Indonesia yang telah diberlakukan Australia sejak 2001 itu dinilai Direktur Sekolah Ekonomi dan Pemerintah Crawford Universitas Nasional Australia (ANU), Andrew MacIntyre, telah membuat frustasi banyak pihak di Indonesia dan Australia.

Indonesianis ANU lainnya, Greg Fealy, dalam perbincangan dengan ANTARA baru-baru ini, menegaskan, status peringatan perjalanan level empat kepada Indonesia sepatutnya dicabut jika pemerintah Australia benar-benar serius memperkuat pengajaran bahasa dan studi Indonesia di sekolah dan kampus.

"Dana 62 juta dolar Australia yang disiapkan pemerintah Australia untuk meningkatkan kembali studi bahasa dan studi Asia patut disambut baik... tapi saya kira hasilnya tidak begitu besar karena murid tidak bisa berjalan ke Indonesia akibat jaminan asuransi yang begitu tinggi dan lain sebagainya."
"Jadi harus ada beberapa perubahan kebijakan politik pemerintah yang dilaksanakan dalam waktu dekat," katanya.

Berkaitan dengan pemberlakuan peringatan perjalanan kepada Indonesia itu, Menteri Luar Negeri Australia Stephen Smith secara konsisten membela kebijakan kementeriannya dengan beralasan bahwa pihaknya secara reguler meninjau ulang pemberlakuannya.

*) My news for ANTARA on March 4, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity