Dosen IAIN Surabaya yang sedang merampungkan studi doktornya di UQ itu di Brisbane, Rabu, mengatakan, rakyat tidak bisa disalahkan sebagai penyebab kondisi ini karena tidak semua dari mereka sadar untuk tidak memilih karena banyak juga publik yang tidak tahu tentang Pemilu.
"Kalau nanti benar-benar terjadi angka 'golput' (golongan putih) pada 2009 lebih besar dari angka golput Pemilu 2004, Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah kontributor pertama terhadap tingginya angka golput itu karena pada tahapan pendaftaran calon pemilih saja mereka sudah gagal," katanya.
Kegagalan itu menjadi tanggungjawab KPU karena ketidakmampuan mereka memobilisasi sumber daya yang bertugas pada proses pendaftaran pemilih. Kondisi ini menuntut peranan berbagai pihak, termasuk partai-partai politik peserta Pemilu, dalam menumbuhkan kesadaran politik publik, katanya.
Dengan menumbuhkan kesadaran politik publik itu, potensi golput, yakni mereka yang sudah masuk daftar pemilih tetap namun tidak menggunakan hak pilihnya dapat ditekan, katanya.
Hasil survei Indo Barometer tentang pengetahuan dan harapan masyarakat terhadap Pemilu 2009 yang melibatkan 1.200 orang responden di 33 provinsi baru-baru ini menunjukkan 18,3 persen responden merasa tidak terdaftar dan 14,5 persen lainnya tidak menjawab atau menjawab "tidak tahu".
Hanya 67,2 persen responden saja yang menjawab "ya" saat ditanya apakah mereka sudah merasa terdaftar sebagai pemilih dalam Pemilu 2009.
Jika jumlah pemilih dalam Pemilu 2009 diproyeksikan sebesar 172 juta orang, hasil survei Indo Barometer ini menunjukkan bahwa mereka yang merasa terdaftar hanya 115,58 juta orang, yang tidak merasa terdaftar 31,48 juta orang dan yang tidak tahu atau tidak menjawab 24,94 juta orang.
*) My news for ANTARA on Jan 28, 2009
No comments:
Post a Comment