"Jangan pilih (calon) pemimpin yang masih mengandalkan paranormal (dukun-red.) dan tidak mau bekerja keras," kata Ustadz H.Agus Setiawan, Lc.,MA, dai asal Jakarta yang menekuni kajian Al Qur'an dan Hadist untuk studi doktornya di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) menanggapi fenomena kemusyrikan di Indonesia.
Dalam perbincangan dengan ANTARA seusai ia mengisi Kajian Islam Intensif Perhimpunan Komunitas Muslim Indonesia di Brisbane (IISB), Senin (26/1), Agus Setiawan mengatakan, kemusyrikan masih menjadi ancaman serius bagi upaya pembersihan akidah umat Islam Indonesia.
Prilaku musyrik (menyekutukan Allah SWT-red.) itu masih ditemui pada sebagian anggota masyarakat, termasuk mereka yang terjun di bidang politik maupun yang menduduki jabatan di lembaga pemerintahan.
Kesulitan masyarakat menekan pengelola stasiun televisi untuk sepenuhnya menghapus aneka tayangan yang mengumbar prilaku mistik dan kemusyrikan bisa jadi disebabkan oleh faktor "keuntungan materi" yang menggiurkan dan faktor prilaku mistik ini, katanya.
Dibandingkan dengan Mesir misalnya, hampir bisa dipastikan bahwa disana tidak ada pejabat yang "suka mistik" untuk membantu mendapatkan dan melanggengkan jabatannya.
Dalam konteks Pemilu, apa yang paling-paling terjadi di Mesir adalah kecurangan Pemilu, kata cendekiawan Muslim lulusan Universitas Al Azhar Mesir itu.
Agus Setiawan mengatakan, selama ini para ulama dan kekuatan masyarakat Muslim Indonesia terus-menerus berupaya menyelamatkan akidah umat dari gempuran prilaku mistis dan kemusyrikan namun gerakannya masih bersifat kultural.
"Kita ingin ada juga upaya yang bersifat struktural. Dalam hal ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) bisa berperan dalam memberikan pemahaman tentang masalah kemusyrikan ini," kata dai yang sedang melakukan safari dakwah ke komunitas Muslim Indonesia di berbagai kota utama Australia dari 22 Januari hingga 8 Maret 2008 itu.
*) My news for ANTARA on Jan 27, 2009
No comments:
Post a Comment