Wednesday, January 28, 2009

JANGAN PILIH CALON PEMIMPIN YANG MUSYRIK

Para pemilih muslim diminta tidak memilih calon anggota DPR ataupun calon pemimpin bangsa (presiden-wakil presiden) yang suka "mengandalkan" jasa dukun dan enggan bekerja keras untuk kepentingan rakyat dalam Pemilu 2009, kata seorang dai Indonesia di Australia.

"Jangan pilih (calon) pemimpin yang masih mengandalkan paranormal (dukun-red.) dan tidak mau bekerja keras," kata Ustadz H.Agus Setiawan, Lc.,MA, dai asal Jakarta yang menekuni kajian Al Qur'an dan Hadist untuk studi doktornya di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) menanggapi fenomena kemusyrikan di Indonesia.

Dalam perbincangan dengan ANTARA seusai ia mengisi Kajian Islam Intensif Perhimpunan Komunitas Muslim Indonesia di Brisbane (IISB), Senin (26/1), Agus Setiawan mengatakan, kemusyrikan masih menjadi ancaman serius bagi upaya pembersihan akidah umat Islam Indonesia.

Prilaku musyrik (menyekutukan Allah SWT-red.) itu masih ditemui pada sebagian anggota masyarakat, termasuk mereka yang terjun di bidang politik maupun yang menduduki jabatan di lembaga pemerintahan.

Kesulitan masyarakat menekan pengelola stasiun televisi untuk sepenuhnya menghapus aneka tayangan yang mengumbar prilaku mistik dan kemusyrikan bisa jadi disebabkan oleh faktor "keuntungan materi" yang menggiurkan dan faktor prilaku mistik ini, katanya.

Dibandingkan dengan Mesir misalnya, hampir bisa dipastikan bahwa disana tidak ada pejabat yang "suka mistik" untuk membantu mendapatkan dan melanggengkan jabatannya.

Dalam konteks Pemilu, apa yang paling-paling terjadi di Mesir adalah kecurangan Pemilu, kata cendekiawan Muslim lulusan Universitas Al Azhar Mesir itu.

Agus Setiawan mengatakan, selama ini para ulama dan kekuatan masyarakat Muslim Indonesia terus-menerus berupaya menyelamatkan akidah umat dari gempuran prilaku mistis dan kemusyrikan namun gerakannya masih bersifat kultural.

"Kita ingin ada juga upaya yang bersifat struktural. Dalam hal ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) bisa berperan dalam memberikan pemahaman tentang masalah kemusyrikan ini," kata dai yang sedang melakukan safari dakwah ke komunitas Muslim Indonesia di berbagai kota utama Australia dari 22 Januari hingga 8 Maret 2008 itu.

Agus Setiawan mengatakan, terminologi dukun saat ini tidak tunggal karena munculnya istilah-istilah lain seperti paranormal, mentalis, dan spiritualis. Jumlah paranormal di seluruh Indonesia diperkirakan mencapai satu setengah juta orang.

*) My news for ANTARA on Jan 27, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity