Thursday, August 21, 2008

PANITIA "SAIL INDONESIA" KELUHKAN BEA CUKAI

Panitia "Sail Indonesia" --reli kapal pesiar (yacht) yang tahun ini diikuti 121 kapal pesiar dari 15 negara, merupakan promosi besar bagi potensi pariwisata bahari Indonesia, karena kegiatan tahunan itu merupakan yang terbesar di kawasan Asia Tenggara--, mengeluhkan peraturan baru kantor Bea Cukai RI.

Peraturan baru Bea Cukai itu mempersulit karena mewajibkan nakhoda kapal-kapal peserta menyerahkan uang deposit sebesar lima sampai 10 persen dari harga kapal, sehingga jaminan itu tidak hanya menyulitkan tetapi kerap dipertanyakan banyak peserta.

Pernyataan itu disampaikan Ketua Panitia "Sail Indonesia" (SI) 2008 di Darwin, David Woodhouse, kepada ANTARA yang menemuinya di atas geladak kapal "Spirit of Darwin" sebelum dilangsungkan acara pelepasan (flag off) kapal-kapal peserta di perairan Teluk Fannie "Sailing Club" Darwin Sabtu.

Peraturan yang mewajibkan pembayaran uang jaminan pajak itu sepatutnya tidak dibebankan kepada kapal-kapal peserta SI karena mereka bergerak selama tiga bulan dan tidak kemudian menetap di Indonesia.

"Peraturan itu menimbulkan masalah-masalah yang seharusnya tidak perlu terjadi. Kewajiban membayar 'duty bond' itu seharusnya hanya diberlakukan kepada kapal-kapal yang masuk dan menetap di Indonesia tapi kalau mereka yang hanya tiga bulan berlayar dan keluar dari Indonesia harusnya dibebaskan dari aturan ini."

"Masalahnya adalah sebagian besar peserta Sail Indonesia 2008 adalah orang-orang yang baru pertama kali ikut dan mereka tidak punya pengalaman tentang peraturan di Indonesia. Mereka adalah para pelaut yang berkeliling dunia," kata Woodhouse.

Belum baiknya sistim teknologi informasi dan komunikasi antara petugas Bea Cukai yang ada di Kupang (pintu masuk jalur barat SI) dengan Batam sebagai pintu keluar perairan Indonesia misalnya merupakan kendala yang dikhawatirkan banyak kapal peserta, katanya.

Jika "duty bond" itu tetap dibebankan, setiap peserta harus menyerahkan uang sebesar lima hingga 10 persen dari harga kapal yang berkisar antara 400 hingga 500 ribu dolar Amerika Serikat (AS), katanya.

Hanya saja, masalah "duty bond" itu terpecahkan panitia setelah Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan, Aji Sularso, mau "menjadi penjamin" kapal-kapal peserta SI, kata David Woodhouse.

"(Nakhoda) kapal-kapal peserta Sail Indonesia ini telah berjanji untuk strik pada tanggal masuk dan tanggal keluar mereka (dari Indonesia) sehingga pihak beacukai mengetahuinya dengan baik," katanya.

Di luar kendala yang tidak perlu ini, kerja sama pemerintah daerah yang wilayahnya masuk rute SI dengan pihak panitia di Darwin sudah berjalan dengan baik. Masyarakat setempat pun menyambut ratusan awak kapal-kapal peserta dengan penuh semangat, ramah, dan mengisinya dengan beragam acara seni-budaya, katanya.

Malaysia bebaskan

Peraturan Indonesia yang dirasakan David Woodhouse menjadi "kendala yang sepatutnya tak perlu terjadi ini" justru tidak ditemukan kapal-kapal peserta SI 2008 saat mereka memasuki perairan negeri jiran, Malaysia.

Wakil "Sail Malaysia", Sazli Kamal Basha, yang hadir dalam acara "flag off" SI 2008 di Darwin, mengatakan, pemerintah Malaysia tidak menerapkan "duty bond" apapun kepada kapal-kapal pesiar peserta SI yang mengunjungi Johor Baru-Pangkur-Penang-dan Langkawi setelah mereka keluar dari Batam.

"Tak ada 'duty bond' (kewajiban uang jaminan) apapun. Kita buat orang senang untuk melawat ke Malaysia," katanya.

Tanggal masuk dan keluar kapal-kapal peserta SI yang biasanya menghabiskan waktu dua minggu di setiap pelabuhan Malaysia yang mereka kunjungi itu telah sangat jelas bagi otoritas di negaranya sehingga selama ini kedua pihak sama-sama senang, katanya.

Sementara itu, terkait dengan pelaksanaan SI 2008, Konsulat RI di Darwin, Harbangan Napitupulu, melepas para peserta reli kapal layar "Sail Indonesia" dari 15 negara dari atas geladak kapal "Spirit of Darwin" yang lego jangkar di perairan Teluk Fannie "Sailing Club" Darwin, Sabtu pagi sekitar pukul 11.00 waktu setempat.

Segera setelah dilakukan tembakan oleh Napitupulu yang menandai "flag off", kapal-kapal peserta yang sejak beberapa jam sebelumnya telah bersiap mulai meluncur ke arah utara menuju Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagai pelabuhan pertama yang akan disinggahi.

SI 2008 jalur barat diikuti 116 buah kapal pesiar dari Australia, Jerman, Belanda, Inggris, Norwegia, Amerika Serikat, Perancis, Swiss, Kanada, Selandia Baru, Afrika Selatan, Turki, Jepang, Swedia, dan Austria.

Rutenya adalah Darwin (Australia) terus masuk perairan Indonesia lewat Kupang (NTT) - Alor - Lembata - Maumere - Riung - Labuan Bajo - Bali - Karimun Jawa - Kumai - Bangka Belitung dan berakhir di Batam.

Dari Batam, kapal-kapal peserta melanjutkan pelayaran ke Singapura dan Pulau Langkawi (Malaysia)

*) My news for ANTARA on July 26, 2008

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity