Menteri Kepala (Chief Minister) negara bagian Northern Territory (NT), Paul Henderson, menginginkan terbangunnya kontak dan kerja sama yang lebih baik antara para pengusaha kecil dan menengah Indonesia dan negara-negara yang tergabung dalam BIMP-EAGA dengan NT.Keinginan Paul Henderson itu diungkapkan Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu TM Hamzah Thayeb saat ditemui ANTARA seusai pertemuannya dengan pejabat tinggi NT itu di Darwin, Jumat.
"Ada pemikiran Pak Paul Henderson bahwa dalam kerangka kerja sama BIMP EAGA dengan Northern Territory dalam statusnya yang kini merupakan mitra pembangunan BIMP EAGA, dibangun kontak antar-pengusaha kecil dan menengah," katanya.
Dubes Thayeb mengatakan, ia tertarik dengan pemikiran Henderson ini karena kehadiran pengusaha kecil dan menengah di Australia terbukti ikut menopang kemajuan perekonomian negara itu selama ini.
BIMP EAGA adalah kerja sama wilayah pertumbuhan timur empat negara anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yakni Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Selain Brunei, di antara provinsi-provinsi yang masuk dalam kerangka kerja sama yang mencakup wilayah seluas 1,54 juta kilometer persegi ini adalah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Irian Jaya (Indonesia), Sabah, Sarawak, Labuan (Malaysia), serta Mindanao dan Palawan (Filipina).
Dalam konteks pembangunan jaringan kerja sama antarpengusaha kecil dan menengah BIMP-EAGA dan NT itu, Dubes Thayeb mengatakan, pemikiran Paul Henderson ini sejalan dengan apa yang pernah diajukannya dalam pertemuan bisnis Indonesia-Australia di Bali tahun lalu.
Ketika itu, ia mengatakan, ia pernah mengusulkan perlunya membangun situs bersama pengusaha kecil dan menengah kedua negara. Dengan terbangunnya hubungan antarkomunitas bisnis kecil dan menengah, khususnya dalam konteks bilateral Indonesia-Australia, hubungan di tingkat rakyat kedua negara juga semakin menguat, katanya.
"Buat saya ini adalah sesuatu yang bisa memberikan hasil konkrit dan mendukung upaya kita memperkuat hubungan 'people-to-people' (di tingkat rakyat)," katanya.
Dalam konteks ini pula, Paul Henderson mendukung adanya peninjauan kembali level "Travel Advisory" (saran perjalanan) yang masih diberlakukan Australia pada Indonesia, katanya.
Selain isu kerja sama antarpengusaha kecil dan menengah BIMP-EAGA dan NT, dalam pertemuan itu, disinggung juga perihal peluang kerja sama Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan negara bagian NT dalam penggemukan hewan ternak dan pemotongan hewan di NAD, kata Dubes Thayeb.
Sebelum bertemu Paul Henderson, Dubes Thayeb yang dalam kunjungan kehormatan itu didampingi Konsul RI di Darwin Harbangan Napitupulu dan Sekretaris II/Pensosbud Konsulat RI Darwin, Arvinanto Soeriaatmadja, itu juga mengadakan kunjungan kehormatan kepada Administrator NT, Tom Pauling QC.
Dalam pertemuan dengan Pauling itu, dua orang diplomat senior KBRI Canberra, Meri Binsar Situmorang dan Dupito Simamora, serta Sekretaris III/Pensosbud Konsulat RI Darwin, Wahono Yulianto, juga ikut hadir menemani Dubes Thayeb.
Sebagai bagian dari kunjungan dua harinya di Darwin itu, Dubes Thayeb pada Sabtu malam dijadwalkan menghadiri jamuan makan malam bersama berbagai kalangan Australia yang merupakan "Friends of Indonesia" (sahabat Indonesia).
Acara yang berlangsung di rumah kediaman pengacara Australia, Colin Mc Donald itu, Jaksa Agung, Robert McClelland, juga hadir.
Dubes dan kedua stafnya tiba di ibukota NT itu pada Jumat dinihari dan kembali ke Canberra, Minggu.
*) My news for ANTARA on May 23, 2008

No comments:
Post a Comment