Dua bocah bermata biru dengan rambut pirang sepundak terkesima menyaksikan kerangka Muttaburrasaurus setinggi lima meter yang berdiri kokoh di lantai dasar gedung Museum Queensland.
"Mom, look! Dinosaur," teriak seorang di antara dua anak berusia sekitar tujuh tahun yang pada 27 Desember lalu berkunjung ke museum itu bersama ibunya itu.
Mereka mengamati kerangka dinosaurus pemakan tumbuhan ini dengan sorot mata takjub, sedangkan si ibu tampak menjelaskan seluk-beluk sejarah penemuan binatang ini kepada kedua putrinya berdasarkan keterangan singkat yang ada di papan informasi yang melengkapi podium penyangga kerangka binatang purba ini.
Sore itu, ratusan orang pengunjung tampak memadati gedung berlantai tiga yang terletak di ujung Jalan Grey & Melbourne, South Bank, Brisbane itu.
Herbivora raksasa yang fosilnya pertama kali ditemukan Dong Langdon tahun 1963 di dekat kota Muttaburra, Australia, itu seakan menjadi ikon "selamat datang" museum yang lokasinya berdampingan dengan kompleks Museum Seni dan Perpustakaan Negara Bagian Queensland ini.
Rangka binatang purba yang diperkirakan hidup di Benua Australia antara 65 dan 210 juta tahun Sebelum Masehi dan upaya melengkapi fosilnya memakan waktu 20 tahun itu hanyalah satu dari ribuan koleksi yang dimiliki museum ini.
Tidak jauh dari kerangka Dinosaurus itu, para pengunjung bisa menengok koleksi beragam peralatan yang biasa digunakan para palaentologis dalam menggali fosil-fosil Dino, lengkap dengan ilustrasi proses penggalian.
Dengan demikian, para pengunjung, terutama anak-anak yang sejak awal kunjungan sudah dikenalkan dengan sejumlah koleksi fosil Dino hasil temuan para palaentologis Australia ini agaknya langsung dapat membayangkan proses kerja para pemburu Dino itu.
Koleksi peralatan para palaentologis, seperti topi baja, sepatu gunung yang sudah tampak kumuh, kuas, maupun zat kimia itu tampak tertata rapi di dalam sebuah ruang kaca persegi empat yang dilengkapi lampu penerang.
Di sebelahnya, terdapat sebuah ruangan yang agak temaram. Di situ, tersimpan berbagai koleksi yang menjelaskan tentang sejarah, keunikan geografis dan tipologi daerah Queensland lengkap dengan gambar dan sampel tanah maupun binatang khas negara bagian ini.
Sebelum sampai di bagian belakang lantai dasar gedung yang menyimpan berbagai koleksi alat transportasi masa lalu Queensland, pengunjung yang menyukai sains dan teknologi dapat mencoba dua unit komputer yang berisi beragam permainan dan informasi ilmu pengetahuan dari seluruh dunia.
Di bagian yang bertuliskan "Try Science around the World" ini, tampak dua anak usia sekolah dasar duduk berdampingan sambil mencoba beberapa permainan sains yang di komputer itu.
Sementara, sekitar tiga pengunjung dewasa berdiri menunggu giliran. Bergerak ke arah belakang museum yang seluruh lantainya dilapisi karpet dan ruangannya dilengkapi alat pendingin itu, para pengunjung akan menemukan berbagai alat transportasi yang pernah digunakan penduduk Queensland puluhan hingga ratusan tahun lalu.
Di antara koleksi yang ada, tampak mobil dan pesawat capung kuno, serta kapal "Acrohc Australis".
Yang terakhir ini adalah kapal aluminium sepanjang 3,6 meter yang pernah digunakan Serge Testa berkeliling dunia seorang diri selama 500 hari.
Dengan kapal bercorak kuning, biru, dan oranye yang diujung depannya terdapat gambar Kangguru bersarung tinju ini, Serge menaklukkan lautan luas. Petualangannya itu dimulai dari pelabuhan Darwin pada 31 Desember 1985 dan berakhir di Brisbane pada 16 Mei 1987 setelah menjajal keganasan laut Pulau Cocos, Mauritius, Reunion, Port Elizabeth, Cape Town, Terusan Panama, serta Tahiti.
Dari sini, pengunjung dapat langsung naik ke lantai dua dengan eskalator. Di lantai ini, antara lain terdapat beragam koleksi spesies binatang langka khas Queensland, senjata-senjata kuno, sekelompok kangguru, ular, burung, dan ikan khas Australia yang sudah diair keras, serta ruangan khusus pameran.
Di ruangan khusus di lantai dua ini, pengelola museum yang nyaris tidak pernah berhenti melayani publik sepanjang tahun kecuali pada hari Natal dan "Good Friday" itu menggelar pameran interaktif teknologi animasi dan pembuatan Monster mulai 22 Desember 2004 hingga 25 April 2005.
Pameran yang didukung bengkel seni animasi John Cox, penerima Academy Award tahun 1995 untuk efek visual film "Babe", ini menampilkan sejumlah "monster" yang pernah dibuat untuk film-film televisi dan layar lebar.
Hanya saja, setiap pengunjung dikenai biaya masuk ke ruang pameran. Bagi pengunjung keluarga (dua dewasa dan empat anak-red), harga tiketnya mencapai 22 dolar Australia. Namun, selama kunjungan, mereka dapat belajar tentang bagaimana komponen animatik didesain dan dirakit untuk membentuk tulang dan otot yang menggerakkan monster dalam film-film yang pernah dibuat.
Bagi yang kebetulan akrab dengan tayangan film "Peter Pan", "George of the Jungle, da nInspector Gadg", mereka berkesempatan melihat langsung berbagai karakter dalam film-film tersebut di ruang pameran ini.
Dari lantai dua, pengunjung dapat melanjutkan penelusurannya ke lantai tiga. Di sana, mereka antara lain menemukan koleksi-koleksi seni budaya masyarakat Aborigin mulai dari alat musik, baju, hingga tata cara hidup rakyat asli benua Kangguru ini.
Sejarah pemburuan ikan Paus di Australia, dan beberapa binatang buas yang pernah ada, seperti Diprotodon, kadal raksasa yang pernah hidup di daerah Darling Down, sekitar 100 km dari Brisbane 88 ribu tahun silam, pun dapat disaksikan.
Penelurusan ke seluruh sudut ruangan museum yang tidak memungut tiket masuk seperti jamak dijumpai di museum-museum di Tanah Air itu tidak membuat pengunjung bosan dan capai karena mereka dapat melepas lelahnya dengan duduk santai di sejumlah sofa dan kursi empuk yang tersedia di setiap lantai.
Mereka pun bisa menikmati sajian makanan dan minuman ringan di kafe lantai dasar gedung. Bagi orang tua yang ingin membelikan putra-putrinya mainan atau buku, mereka dapat langsung menyinggahi toko kecil di dekat pintu masuk dan keluar museum.
Berwisata sambil belajar mengenai fakta masa lalu, masa kini, dan fenomena masa depan dari beragam koleksi dan pameran yang disuguhkan Museum Queensland ini terasa tidak memberatkan kantong warga kota Brisbane.
Karena, dengan ongkos pulang-pergi naik bis, feri, dan kereta listrik kurang dari empat dolar Australia, warga yang berdomisili di Distrik St.Lucia misalnya dapat menikmati wisata museum ini sambil mengunjungi tempat-tempat menarik lain di kawasan wisata South Bank yang menurut catatan Pemda Brisbane dikunjungi lebih dari 50 ribu orang setiap minggunya ini.
*) kunjungan 2005
Saturday, December 29, 2007
MENELUSURI MUSEUM QUEENSLAND YANG KAYA KERAGAMAN LINTAS WAKTU
Oleh Rahmad Nasution
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
About Me
- Rahmad Nasution
- Brisbane, Queensland, Australia
- Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".
Useful Links
- Aircraft Lovers? Go Here
- ALA's tips in Andi Arsana's blog
- ANTARA News Service
- Asia Security Blog
- ASPI: Aussie Govt's Think Tank
- Australian Defence White Paper
- Bagi yang pengen ngaji Qur'an
- BBC Training
- Blog Adian Husaini
- Blog Guardian UK
- British Journalism Review
- Center for Learning English
- CNN
- Cornell Modern Indonesian Collection
- Cornell Modern Indonesian Collection
- Diknas' Free Text Books
- Diknas' Free Text Books
- Diknas' Free Text Books
- Diknas' Free Text Books
- English dictionary
- Era Muslim Online
- Free Electronic Journals
- Go to "Gudang Lagu"
- Go to UQ's digital repository
- Inspiring blog of Armein Zainal Rahman Langi
- Kisi-Kisi Ujian Nasional
- Kompas Online
- Learning from MIT
- Learning IELTS
- Missing Indonesia? Go Here
- Nature (Journal of Science)
- Peace Journalism (Jake Lynch)
- Power Reporting (Online Resources)
- Quick Tips of IELTS
- Rekam Jejak Indonesia-TV Dokumenter
- Republika Online
- The United Nations
- The University of Queensland (UQ)
- Universitas Sumatera Utara (USU)
- Watching Indonesian TV
- Watching Metro TV Jkt
- Weblog of Lowy Institute Australia
No comments:
Post a Comment