Penetapan Organisasi Urusan Pendidikan, Sains dan Budaya PBB (UNESCO) bahwa batik termasuk dalam warisan budaya dunia tak benda (intangible cultural heritage/ICH) ini berlangsung bertepatan dengan hari Jumat di Australia sehingga banyak warga Muslim Indonesia yang sengaja berkemeja batik saat salat Jumat.
Di antara mereka itu adalah belasan orang mahasiswa Indonesia di Universitas Queensland (UQ) yang berkemeja batik dengan beragam motif dan corak saat mengikuti salat Jumat di kampus perguruan tinggi terkemuka di negara bagian Queensland itu.
"Saya memang sengaja memakai kemeja batik Cirebon pilihan istri saya ini. Saya bangga dengan batik yang kini diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia," kata Edhi Rahmanto, mahasiswa program magister UQ ini.
Perasaan syukur dan bangga pada pengakuan dunia terhadap batik Indonesia itu diungkapkan Konsulat RI Darwin dengan menggelar acara pemotongan nasi tumpeng di Taman Indonesia kampus Universitas Charles Darwin (CDU).
Sekretaris II Fungsi Pensosbud Konsulat RI Darwin, Arvinanto Soeriaatmadja, mengatakan, acara "selamatan" yang diisi dengan parade dan pameran busana batik oleh anak-anak Indonesia dan Australia ini dihadiri sejumlah wakil pemerintah, akademisi, warga Indonesia dan "sahabat Indonesia" di Northern Territory.
Di antara mereka yang hadir di acara itu adalah Wakil Rektor CDU Prof.Charles Webb dan Administratur Negara Bagian Northern Territory (NT), Tom Pauling, katanya.
Konsul RI di Darwin Harbangan Napitupulu menyerahkan piring berisi potongan nasi tumpeng kepada Wakil Rektor CDU Prof.Charles Webb setelah sebelumnya sempat meminta semua yang hadir mengheningkan cipta sejenak untuk mengenang para korban bencana gempa dahsyat di Sumatera Barat dan Jambi.
Sebagai kelanjutan dari perayaan "Hari Batik" 2 Oktober 2009 ini, Konsulat RI Darwin juga berencana mengundang seorang instruktur "Batik House" (Rumah Batik) Indonesia untuk melakukan eksibisi dan demonstrasi batik di kota Darwin dan sekitarnya serta Alice Springs pada 3 November, kata Arvinanto.
"Instruktur Batik House Indonesia yang kita datangkan dari Jakarta ini akan melakukan eksibisi dan demonstrasi batik di depan pejabat tinggi, masyarakat dan akademisi Australia, serta di depan para guru dan murid sekolah di Darwin dan Alice Springs," katanya.
Kegiatan itu diharapkan dapat semakin memperkuat pemahaman para pelajar Australia bahwa batik adalah ikon warisan budaya asli Indonesia, katanya.
Kampanye pemakaian batik yang diisi dengan pertunjukan tari-tarian dan jualan makanan ringan Indonesia juga akan digelar Pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) ranting Universitas Wollongong (UW) pada 7 Oktober.
"Acara pengenalan batik sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO ini akan berlangsung saat makan siang dan semua mahasiswa dan warga masyarakat kita diharapkan hadir dengan mengenakan batik pada 7 Oktober, bersamaan dengan 'market day' (hari pasar) kampus," kata Ketua PPIA UW, I Made Andi Arsana.
Penetapan Organisasi Urusan Pendidikan, Sains dan Budaya PBB (UNESCO) bahwa batik termasuk dalam warisan budaya dunia tak benda (intangible cultural heritage/ICH) ini dilakukan di sidang komite antar-pemerintah untuk perlindungan ICH UNESCO di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada 28 September-2 Oktober.
Jauh sebelum adanya pengakuan UNESCO ini, batik sudah lama diakui banyak kalangan asing, termasuk Ibunda Presiden Amerika Serikat (AS) Ann Dunham sebagai warisan budaya bangsa Indonesia.
*) My news for ANTARA on Oct 2, 2009
No comments:
Post a Comment