Acara yang diselenggarakan Perhimpunan Komunitas Muslim Indonesia di Brisbane (IISB), Perhimpunan Indonesia Queensland (PIQ) dan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) Queensland itu hanyalah salah satu dari kegiatan pengumpulan dana yang dimobilisasi kantong-kantong komunitas Indonesia di Australia.
Panitia "halal bi halal", Malia Rita Ningsih, mengatakan, pihaknya akan menyalurkan sumbangan bagi para korban gempa berkekuatan 7,6 pada Skala Richter yang memporakporandakan kota Padang dan beberapa wilayah lain di Sumbar 30 September lalu itu melalui lembaga kemanusiaan kredibel Australia.
"Bagi para penyumbang yang ingin mendapatkan tanda bukti sumbangan bagi kepentingan pengurangan pajak (tax deductable), kami akan mengirimkan buktinya ke alamat rumah mereka," kata Malia saat menyampaikan perihal kegiatan pengumpulan sumbangan di acara yang dihadiri sedikitnya 200 orang itu.
Selain warga masyarakat Indonesia dari lintas agama, acara halal bi halal yang diisi dengan doa khusus bagi para korban yang dipimpin mantan Presiden IISB, Dedi Muhammad Siddiq, itu juga dihadiri para orang tua dan anak dari hasil kawin campur Indonesia-Australia, dan sejumlah warga Muslim Timur Tengah dan Malaysia.
Kegiatan halal bi halal komunitas Indonesia di kota Brisbane dan sekitarnya itu semakin menggairahkan gerakan solidaritas kemanusiaan bagi para korban gempa Sumbar di Australia.
Gelang emas pun disumbangkan
Sejak hari pertama bencana, berbagai komunitas Indonesia di Australia terus bergerak untuk mengumpulkan dana bantuan. Di kota Sydney misalnya, komunitas Indonesia yang berhimpun dalam organisasi "Minang Saiyo" sudah mengumpulkan sumbangan publik sebesar 15.757,10 dolar Australia ditambah satu gelang emas.
Sumbangan senilai lebih dari Rp130,7 juta itu dikumpulkan para relawan "Minang Saiyo" pimpinan Syamsul Bahri ini dari warga masyarakat Indonesia dan sumbangan sejumlah masjid di kota Sydney.
Di antara masjid-masjid yang ikut mendukung aksi pengumpulan dana "Minang Saiyo" bagi para korban gempa Sumbar itu adalah Ahlussunnah wal Jamaah Belmore, Al Hijrah Tempe, Zetland/AFIC Sydney dan Musalla Macquarie.
"Dalam waktu yang terbatas, kita berharap bisa mengumpulkan dana minimal 30 ribu dolar (lebih dari 240 juta rupiah). Pada saat bencana tsunami 2004, kita juga melakukan aksi pengumpulan sumbangan publik bagi para korban. Saat itu, alhamdulillah, kita mampu mengumpulkan 16 ribu dolar Australia," kata Syamsul Bahri.
Ia mengatakan, seluruh sumbangan yang dikumpulkan "Minang Saiyo" Sydney akan disalurkan kepada para korban melalui Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Sumbar.
"Kita sudah bekerja sama dengan PKPU selama empat tahun. Terakhir kita bekerja sama membantu para korban gempa Sumbar tahun 2007. Alhamdulillah, saat itu kita mampu mengumpulkan dana sumbangan sebesar 27 ribu dolar Australia," katanya.
Gerakan solidaritas yang sama juga dilakukan Masyarakat Muslim Indonesia di Victoria (IMCV), IISB, dan kantong-kantong komunitas Indonesia di berbagai kota besar dan kecil Australia lainnya, termasuk Darwin dan Alice Springs, negara bagian Northern Territory.
Hingga Minggu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, jumlah korban meninggal akibat gempa bumi 30 September itu sudah mencapai 603 orang dan sebanyak 343 orang lainnya belum ditemukan.
*) My news for ANTARA on Oct 4, 2009