Sunday, October 4, 2009

WNI DI AUSTRALIA MOBILISASI PENGUMPULAN SUMBANGAN GEMPA SUMBAR

Acara "halal bi halal" Idulfitri 1430 Hijriah masyarakat Indonesia di Taman Svoboda Kuraby, Queensland, Australia, Minggu, berhasil pengumpulan bantuan dana bagi para korban gempa Sumatera Barat (Sumbar) sebesar 3.161,7 dolar Australia atau sekitar Rp25 juta dalam tiga jam.

Acara yang diselenggarakan Perhimpunan Komunitas Muslim Indonesia di Brisbane (IISB), Perhimpunan Indonesia Queensland (PIQ) dan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) Queensland itu hanyalah salah satu dari kegiatan pengumpulan dana yang dimobilisasi kantong-kantong komunitas Indonesia di Australia.

Panitia "halal bi halal", Malia Rita Ningsih, mengatakan, pihaknya akan menyalurkan sumbangan bagi para korban gempa berkekuatan 7,6 pada Skala Richter yang memporakporandakan kota Padang dan beberapa wilayah lain di Sumbar 30 September lalu itu melalui lembaga kemanusiaan kredibel Australia.

"Bagi para penyumbang yang ingin mendapatkan tanda bukti sumbangan bagi kepentingan pengurangan pajak (tax deductable), kami akan mengirimkan buktinya ke alamat rumah mereka," kata Malia saat menyampaikan perihal kegiatan pengumpulan sumbangan di acara yang dihadiri sedikitnya 200 orang itu.

Selain warga masyarakat Indonesia dari lintas agama, acara halal bi halal yang diisi dengan doa khusus bagi para korban yang dipimpin mantan Presiden IISB, Dedi Muhammad Siddiq, itu juga dihadiri para orang tua dan anak dari hasil kawin campur Indonesia-Australia, dan sejumlah warga Muslim Timur Tengah dan Malaysia.

Kegiatan halal bi halal komunitas Indonesia di kota Brisbane dan sekitarnya itu semakin menggairahkan gerakan solidaritas kemanusiaan bagi para korban gempa Sumbar di Australia.

Gelang emas pun disumbangkan

Sejak hari pertama bencana, berbagai komunitas Indonesia di Australia terus bergerak untuk mengumpulkan dana bantuan. Di kota Sydney misalnya, komunitas Indonesia yang berhimpun dalam organisasi "Minang Saiyo" sudah mengumpulkan sumbangan publik sebesar 15.757,10 dolar Australia ditambah satu gelang emas.

Sumbangan senilai lebih dari Rp130,7 juta itu dikumpulkan para relawan "Minang Saiyo" pimpinan Syamsul Bahri ini dari warga masyarakat Indonesia dan sumbangan sejumlah masjid di kota Sydney.

Di antara masjid-masjid yang ikut mendukung aksi pengumpulan dana "Minang Saiyo" bagi para korban gempa Sumbar itu adalah Ahlussunnah wal Jamaah Belmore, Al Hijrah Tempe, Zetland/AFIC Sydney dan Musalla Macquarie.

"Dalam waktu yang terbatas, kita berharap bisa mengumpulkan dana minimal 30 ribu dolar (lebih dari 240 juta rupiah). Pada saat bencana tsunami 2004, kita juga melakukan aksi pengumpulan sumbangan publik bagi para korban. Saat itu, alhamdulillah, kita mampu mengumpulkan 16 ribu dolar Australia," kata Syamsul Bahri.

Ia mengatakan, seluruh sumbangan yang dikumpulkan "Minang Saiyo" Sydney akan disalurkan kepada para korban melalui Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Sumbar.

"Kita sudah bekerja sama dengan PKPU selama empat tahun. Terakhir kita bekerja sama membantu para korban gempa Sumbar tahun 2007. Alhamdulillah, saat itu kita mampu mengumpulkan dana sumbangan sebesar 27 ribu dolar Australia," katanya.

Gerakan solidaritas yang sama juga dilakukan Masyarakat Muslim Indonesia di Victoria (IMCV), IISB, dan kantong-kantong komunitas Indonesia di berbagai kota besar dan kecil Australia lainnya, termasuk Darwin dan Alice Springs, negara bagian Northern Territory.

Hingga Minggu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, jumlah korban meninggal akibat gempa bumi 30 September itu sudah mencapai 603 orang dan sebanyak 343 orang lainnya belum ditemukan.

Sejumlah negara sahabat juga terlibat dalam misi pencarian, penyelamatan, dan pelayanan kesehatan para korban, serta menyalurkan bantuan darurat kemanusiaan. Di antara negara-negara itu adalah Australia, Inggris, Singapura, dan Jepang.
Justify Full *) My news for ANTARA on Oct 4, 2009

6 comments:

phonank said...

Ternyata rasa solidaritas dari warga negara Indonesia yg tinggal di Australia masih sangat kental. Ini yang seharusnya terus dipertahankan.

Karena kita adalah satu bangsa dan satu negara.

Walaupun kita berada, kita tetap saudara.

Anonymous said...

hello... hapi blogging... have a nice day! just visiting here....

Anonymous said...

It is really a great and useful piece of information.
I am happy that you simply shared this useful info with us.
Please keep us up to date like this. Thank you for sharing.


Take a look at my page ... http://weblogs.asp.net/

Anonymous said...

I leave a leave a response whenever I like a post on a blog
or I have something to add to the discussion. It is caused by the fire communicated in the article I
browsed. And after this article "WNI DI AUSTRALIA MOBILISASI PENGUMPULAN SUMBANGAN GEMPA SUMBAR".
I was excited enough to post a leave a responsea response :
-P I do have 2 questions for you if it's allright. Is it simply me or does it appear like some of these comments look like coming from brain dead folks? :-P And, if you are writing at additional online social sites, I would like to follow anything new you have to post. Would you make a list every one of your public sites like your linkedin profile, Facebook page or twitter feed?

Check out my blog; オークリー アウトレット

Anonymous said...

You should be a part of a contest for one of
the greatest sites on the net. I most certainly will recommend this site!


My web blog; オークリー サングラス

Molly Tampan said...

Artikel Yang Menarik,Kunjungi Website Saya Please Jasa pembuatan website

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity