"Ini adalah operasi yang sangat sulit dan memakan waktu panjang. Kredit (keberhasilan) ini pantas diberikan untuk bangsa Indonesia lewat aparat keamanannya yang telah menunaikan tugas ini," katanya dalam wawancara dengan "ABC AM" Jumat pagi.
Namun pemimpin Australia itu mengingatkan sukses yang dicapai Polri hendaknya "tidak membiarkan kita berpuas diri dengan masa depan karena Jemaah Islamiyah dan Al Qaidah masih hidup dan baik."
"Ini hasil yang sangat penting. Orang ini (Noordin M.Top) seorang pembunuh massal. Dia bertanggungjawab terhadap pembunuhan orang-orang Australia dan saya menyampaikan selamat kepada bangsa Indonesia atas keberhasilan ini," kata PM Rudd.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya keberlanjutan hubungan dan kerja sama bilateral Indonesia-Australia dalam penumpasan terorisme.
Di mata Rudd, gembong teroris asal Malaysia ini terlibat dalam berbagai aksi terorisme di Indonesia, seperti bom Bali 2002 dan 2005, bom Hotel Marriott Jakarta tahun 2003 dan 2009, dan serangan terhadap gedung Kedutaan Besar Australia di Jakarta 2004.
Sementara itu, keberhasilan Indonesia membunuh Noordin M Top dalam baku tembak di Solo, Jawa Tengah itu digambarkan media Australia sebagai "kemenangan besar" Polri namun kematian gembong teroris asal Malaysia itu tidak kemudian membebaskan negeri itu dari bahaya terorisme.
Pimpinan Polri memastikan kematian Noordin M.Top dalam insiden di Solo itu lewat tes sidik jari dan DNA.
Agustus lalu, dia sempat dilaporkan tewas dalam penyerbuan Densus 88 Polri ke sebuah rumah di Dusun Beji, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Namun laporan spekulatif berbagai media Indonesia dan dunia itu kemudian diluruskan Polri berdasarkan hasil tes DNA.
Dalam pernyataan persnya Agustus lalu, Menteri Luar Negeri Australia Stephen Smith menyebut Noordin sebagai "teroris yang telah diburu dan paling diinginkan Australia untuk dibawa ke pengadilan".
Sekalipun Australia hingga kini masih "aman" dari aksi serangan kelompok teroris seperti yang pernah dialami Indonesia, Amerika Serikat, Spanyol, dan Inggris, puluhan orang warganya ikut menjadi korban aksi terorisme.
Dalam serangan bom bunuh diri di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Mega Kuningan Jakarta 17 Juli lalu misalnya, tiga warga Australia termasuk di antara sembilan orang yang tewas.
Mereka adalah Pengusaha asal Perth, Nathan Verity, Craig Senger (diplomat dari Komisi Perdagangan Australia) dan Garth McEvoy (pegawai Industri Pertambangan asal Brisbane).
Sebelum serangan pemboman di dua hotel di kawasan Kuningan Jakarta ini terjadi, Indonesia sempat relatif aman dari insiden terorisme selepas Bom Bali 2005.
Sejak aksi serangan sejumlah gereja di malam Natal tahun 2000, Indonesia mengalami serangkaian insiden terorisme. Setahun setelah serangan kelompok teroris ke New York dan Washington DC, Amerika Serikat, pada 11 September 2001, Bali diserang kelompok Amrozi dkk pada Oktober 2002.
Polri meyakini gembong teroris asal Malaysia, Noordin M.Top, terlibat dalam banyak aksi penyerangan yang menelan ratusan orang korban jiwa warga masyarakat di berbagai tempat di Indonesia itu.
*) My updated news for ANTARA on Sept 18, 2009
No comments:
Post a Comment