Tuesday, July 14, 2009

KONSULAT RI DARWIN SAYANGKAN KEPUTUSAN GARUDA

Konsul RI di Darwin Harbangan Napitupulu mengatakan, ia sangat menyayangkan ketidakmungkinan Garuda Indonesia beroperasi kembali di negara bagian Northern Territory (NT) dalam waktu dekat karena banyak pihak yang akan kehilangan pelayanan Garuda, termasuk kalangan pengusaha Australia.

"Ketidakhadiran Garuda di Darwin bukan hanya berdampak bagi warga masyarakat Indonesia, Australia dan warga asing di sini, tetapi juga bagi kalangan bisnis sebagai pengguna setia jasa penerbangan Garuda selama ini," katanya kepada ANTARA di Darwin, Selasa, menanggapi terbitnya surat keputusan Dirut Garuda.

Sejak lama banyak kalangan bisnis Australia di NT memilih Garuda Indonesia karena hanya maskapai penerbangan nasional Indonesia ini yang memiliki kelas bisnis dan memberikan "full service" (pelayanan penuh) selama hampir 30 tahun kehadirannya di Darwin, katanya.

Maskapai penerbangan "murah" Australia, Jetstar, yang kini memonopoli rute penerbangan Darwin-Denpasar tidak memiliki kelas bisnis dan tidak pula memberikan pelayanan penuh sebagaimana Garuda padahal harga tiket pulang-perginya kini lebih dari dua kali lipat harga tiket Garuda, katanya.

"Ketika ada Garuda, tiket Jetstar (ke Denpasar) masih 350 dolar Australia PP tapi sekarang sudah mencapai 800 hingga 900 dolar Australia," kata Napitupulu.

Timbulkan kekecewaan

Keputusan manajemen Garuda Indonesia yang tidak mau membuka kembali rute penerbangannya ke Darwin yang ditutup sejak 22 April 2009 itu juga menimbulkan kekecewaan pemerintah NT.

Walaupun kecewa, Pemerintah NT akan melanjutkan kerja samanya dengan Garuda dan Pemerintah RI guna mengantisipasi peluang-peluang baik di masa mendatang.

Reaksi pemerintah NT terhadap keputusan akhir manajemen Garuda yang termaktub dalam surat Dirut Garuda Emirsyah Satar tertanggal 10 Juli 2009 itu disampaikan Menteri Hubungan Asia NT, Christopher Bruce Burns, dalam pernyataan persnya di Darwin, Selasa.

Chris Burns mengatakan, kabar dari Garuda yang mengecewakan ini tidak akan mempengaruhi kerja sama pemerintah NT dengan maskapai-maskapai penerbangan yang secara konsisten melayani penerbangan dari dan ke negara bagian paling utara Australia ini.

"Pekan ini saya akan bertemu dengan Dirut (Maskapai Penerbangan) Tiger, Virgin, Jetstar, dan Qantas guna membicarakan masa depan NT," katanya.

Berkaitan dengan dua syarat Garuda untuk dapat menerbangi Darwin kembali, yakni membaiknya kondisi ekonomi dunia dan adanya izin Pemerintah Federal Australia agar Garuda mendapatkan hak melayani penerbangan domestik di negara itu, Chris Burns mengatakan, syarat kedua tidak dapat diberikan.

"Pemerintah Federal telah menegaskan bahwa hak penerbangan domestik (Australia) tidak ada bagi maskapai penerbangan asing," katanya.

Bersyarat

Sementara itu, manajemen Garuda Indonesia di Jakarta menegaskan pihaknya tidak akan kembali membuka rute penerbangan Denpasar-Darwin yang telah dihentikan sejak 22 April lalu kecuali Garuda diberi hak penerbangan domestik dari kota-kota di Australia ke Darwin berdasarkan basis "non-resiprokal".

Keputusan itu tertuang dalam surat Dirut Garuda Emirsyah Satar kepada Chris Burns tertanggal 10 Juli 2009. Salinan surat tersebut diperoleh ANTARA di Darwin, Selasa.

Dalam suratnya itu, Emirsyah mengatakan, selain mendapat hak penerbangan domestik dari kota-kota di Australia ke DArwin, atas dasar "non-resiprokal", Garuda akan mempertimbangkan kembali layanan rute penerbangan Denpasar-Darwin jika kondisi ekonomi membaik secara signifikan.

Terlepas dari hasil pertemuan tim teknis bersama Garuda dan Pemerintah NT yang sampai pada tanggal surat ini dikeluarkan belum rampung, Emirsyah mengatakan, pihaknya memandang hasil pertemuan tersebut tidak akan mengubah keputusan dalam jangka pendek.

Garuda menghentikan rute penerbangan Darwin-Denpasar karena dinilai tidak menguntungkan dan kondisi perekonomian dunia yang sulit untuk membaik dalam jangka pendek, katanya.

Sejak operasional Garuda di Darwin dihentikan 22 April lalu, Menteri Chris Burns berupaya mengembalikan maskapai penerbangan nasional Indonesia itu ke negara bagian Northern Territory.

Dia tidak hanya menemui Meneg BUMN Sofyan Djalil, Menhub Jusman Syafii Djamal, dan Dirut Garuda, Emirsyah Satar, di Jakarta, tetapi juga menawarkan dukungan pendanaan kerja sama pemasaran Garuda.

"Saya akan melakukan apa pun untuk mengembalikan Garuda ke Darwin," katanya dalam pernyataan persnya tertanggal 23 April lalu.
Sejak Juni 2008 hingga sebelum ada keputusan penutupan, Garuda melayani tiga kali penerbangan Darwin-Denpasar per-minggu dengan pesawat Boeing 737-400 berkapasitas 16 kursi kelas bisnis dan 117 kursi kelas ekonomi, yakni setiap Senin, Rabu, dan Jumat.

*) My updated news for ANTARA on July 14, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity