Sunday, March 15, 2009

AUSTRALIA TAHAN 15 PENYELUNDUP MANUSIA DARI INDONESIA

Sejak maraknya aksi penyelundupan ratusan pencari suaka asing dengan kapal ke Australia 29 September 2008, sudah 15 orang warga negara Indonesia (WNI) yang ditahan dan menjalani proses hukum di Pengadilan Perth, Australia Barat, kata seorang diplomat RI.

"Jumlah warga kita yang kini ditahan dalam kasus penyelundupan manusia sudah mencapai 15 orang," kata Konsul Fungsi Pensosbud Konsulat RI di Perth, Ricky Suhendar, Senin, menjawab pertanyaan ANTARA tentang perkembangan terkini kasus penyelundupan manusia ke Australia yang melibatkan WNI.

Mereka adalah Abdul Hamid (sudah divonis enam tahun penjara-red.), Manpombili, Arman, Arsil, Abdul Hamid Daeng Siga, Yantonce, Ibrahim Ferdy, Laode Tasri, Mimuk, Sumarto, Ade Haydar, Amos Ndolo, Ali Topan Samsir, Muchlas Ahmad, dan Hamirudin, katanya.

Ke-15 orang itu umumnya berasal dari kawasan timur Idnonesia seperti Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan, katanya.

Konsulat RI Perth memberikan bantuan kekonsuleran dan kemanusiaan kepada para WNI yang umumnya ditahan di Penjara Hakea, Perth, itu. "Konsulat menfasilitasi warga kita yang ditahan dengan kartu telepon jika mereka merindukan keluarganya di Tanah Air," kata Ricky.

Mengenai penangkapan kapal pengangkut 52 orang pencari suaka asal Afghanistan oleh kapal patroli AL Australia, "HMAS Bundaberg, di perairan lepas pantai timur laut Darwin 14 Maret lalu, Ricky mengatakan, pihaknya sudah menerima notifikasi lisan bahwa nakhoda kapal tersebut diduga kuat berasal dari Indonesia.

Informasi tentang status kewarganegaraan nakhoda kapal itu didasarkan pada notifikasi lisan yang diterima pihaknya dari KBRI Canberra berdasarkan informasi Polisi Federal Australia (AFP), katanya.

"Kita sudah menerima notifikasi lisan dari KBRI Canberra tentang adanya dua warga kita di kapal itu, termasuk nakhoda, tapi kita belum mendapat akses kekonsuleran. Para awak dan penumpang kapal sudah dibawa ke Pulau Christmas untuk mengikuti proses pemeriksaan dari otoritas terkait Australia," katanya.

Ricky mengatakan, biasanya WNI yang diduga terlibat dalam kasus penyelundupan manusia itu akan dikirim ke Perth untuk menjalani proses pengadilan setelah mereka selesai mendapat cek kesehatan dan karakter.

Kapal pengangkut 52 pencari suaka yang ditangkap akhir pekan lalu itu merupakan kapal ke sembilan yang ditangkap otoritas Australia sejak September 2008.

Pada 5 Maret lalu, Pengadilan Perth telah menjatuhkan hukuman enam tahun penjara kepada Abdul Hamid, nakhoda kapal pengangkut 12 migran gelap asal Iran dan Afghanistan 29 September 2008.

Pemerintah Australia menyebut vonis kepada WNI asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu sebagai "pesan kuat" bagi para pelaku kejahatan penyelundupan manusia ke negaranya.

Menteri Dalam Negeri Australia, Bob Debus, mengatakan, vonis Pengadilan Perth itu mengirim pesan kuat bahwa Australia "tidak menoleransi aksi para pelaku penyelundupan manusia" yang mengeksploitasi orang-orang bernasib tidak mujur di masa sulit.

Para pelaku kejahatan ini diancam hukuman 20 tahun penjara berdasarkan Pasal 232A UU Migrasi tahun 1958, katanya.

Sepanjang 2008, otoritas keamanan Australia menahan162 orang pencari suaka yang datang ke Australia dengan tujuh kapal. Pada 19 Januari 2009, sebuah kapal pengangkut 20 orang pencari suaka kembali ditangkap di perairan pantai utara Australia Barat.

*) My news for ANTARA on March 16, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity